Oleh: H. Muchtar ; SMAN 7 Pangkep
Pangkep :Teropongaspirasimasyarakat.com Kehidupan secara umum yang menopang kemajuan pulau dalam konteks kultural, mengalami akulturasi yang nyata tapi tidak terasa. Budaya kebiasaan masyarakat yang menjadi basis kehidupan orang kepulauan dulu dan sekarang berbeda sangat jauh.
Menggunakan rentang waktu dua dekade saja dengan sifat alamiah geliatnya struktur sosial,
kita dapat gunakan mengamati penomena gerakan pada berbagai aspek kehidupan daerah
kepulauan, untuk mendapatkan gambaran tentang prilaku sosial budaya para pendahulu orang pulo,
hingga prilaku sosial orang pulau yang kekinian.
Pendahulu para penghuni pulau, jika ditelusur jejak historisnya, maka kita akan menemukan
perbedaan mendasar atas tiga klaster prinsif hidup masyarakat pulau, ketiganya terbias pada gaya dan prilaku keseharian pada semua tingkat umur orang orang pulo. Sejatinya memang klaster yang dimaksud disini hampir disifati oleh semua komunitas manusia pada setiap daerah, akan tetapi terhadap komunitas daerah kepulauan bermuara pada imbas kemajuan pengembangan seluruh aspek kehidupan.
Dimasa yang lalu, para tetua orang-orang pulo, memiliki daur hidup yang cukup sederhana,
rumah sederhana, pakaian dan perabotan yang sederhana bahkan sampai keinginan yang
sederhana. Diantara semua itu ada satu hal prilaku para tetua orang- orang pulau yang terlihat
sederhana tapi sangat mengagumkan, sebutlah itu hobi dan kebiasaan menanam tunas kelapa. Tidak
banyak orang yang hidup di generasi berikut memahami philosophy menanam tunas kelapa, mulai dari bendanya hingga maksud dan tujuannya kenapa menanam kelapa dan kenapa harus kelapa.
Seorang tua yang renta, terlihat menggali sebuah lubang kecil pada sebuah pinggir kebun, lalu
ditanya dengan kalimat kakek mau tanam apa ? kelapa jawab si kakek, loh kakek tau tidak kelapa
butuh waktu berapa tahun baru bisa berbuah, hemm guman si kakek tanda mengerti.
Seketika kakek balik bertanya, hei anak mudah pernahkah kamu makan kelapa?dan pernakah
kamu menanam kelapa?tahukah kamu kalau tanaman kelapa itu sungguh suatu tanaman yang
banyak sekali manfaatnya, mulai dari akar hingga diujung daun tanpa kecuali, dan tahukah kamu
kalau tunas kelapa yang saya tanam dalam usia setua ini, bukanlah untuk diri saya tapi nanti hasilnya akan dipetik oleh anak cucu generasi berikut. Inilah salah satu inti ketahanan wilayah kepulauan ditangan pendahulunya, artinya kepulauan dimasa yang lalu bisa kuat bertahan dan maju hingga beberapa generasi berikutnya karna para pendahulunya rela mengorbankan diri dan kepentingannya untuk kemaslahatan kehidupan generasi pulaunya. Para pendahulu pulau pada masa yang lalu rela dan tulus mengesampingkan kepentingan pribadinya yang jangka pendek, untuk membangun harapan demi kepentinga pulaunya dengan seluruh hayat hidup yang ada didalamnya generasi jangka panjang.
Meskipun pandangan ini tidak dibangun dari kajian data dengan prinsip ilmiah yang akurat,
akan tetapi nyata terlihat dan terasa bahwa kondisi tatanan yang fhilosophis telah hilang,
tergantikan dengan prinsip hidup baru yang instantif dari para pelanjut generasi pulau yang
kekinian. Mereka para penerima tongkat estapet hak huni kepulauan yang mungkin merasa atau
mengaku visioner, dengan tanpa sadar menciptakan gaya kebiasaan hidup baru yang seiring berjalannya waktu, menjadi pola hidup yang tidak berpihak pada kemajuan berbagai dimensi kehidupan kepulauan, termasuk didalamnya lembaga pendidikan dengan kualitasnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ikut membentuk kebiasaan pada diri seorang
individu, khususnya pada tataran dinamika yang berbasis pada gairah dan ambisi. Sebelum terjadi
perkembangan teknologi yang demikian pesat, meski penulis tidak pasti tau sejak kapan itu terjadi. Saat itu para pendahulu penghuni pulau, hidup dengan tenang dipulaunya, menuangkan karya nyata yang membuat kehidupan pulaunya memiliki imunitas yang handal, tidak mudah dipengaruhi oleh sesuatu yang merugikan kepentingan jangka panjang.
Jaman berganti menyongsong kemajuan informatika yang demikian pesat, janji-janji kemudahan dipertontonkan sedemikian nyata, hingga tanpa terasa terbentuk generasi yang mengaku visioner dan senang dengan kemajuan walau harus pergi ke tempat yang jauh, perinsif seperti inilah yang menjadi penghambat atau bahkan menjadi racun bagi perkembangan wilayah kepulauan.
Tidak jelas bagi penulis tentang sejak kapan orang-orang pulau memiliki prilaku pragmatis seperti sekarang ini, dimana kalau diestimasi dari sisi jumlah, kira-kira diatas 70% populasi masyarakat memiliki gairah yang tinggi menyukai wilayah daratan daripada pulaunya sendiri. Sikap ini cukup signifikan mempengaruhi pengembangan berbagai aspek kehidupan orang pulo. Tidak dapat dipungkiri kejadian pragmatis yang melanda seluruh lembaga perangkat pemerintah dengan
orang-orang yang bekerja didalamnya, seperti misalnya Kantoran, Sekolahan dan lain-lain nyaris
seluruhnya tidak memiliki pengelola yang ketulusannya prima untuk tinggal berkarya demi kemajuan instansinya. Setiap petugas yang bekerja pada suatu instansi, pemerintah ataupun swasta pada wilayah kepulauan selalu ingin menuju ke wilayah daratan yang dianggapnya bisa memberi
kenyamanan lebih dari pada di pulau, walau sebenarnya harapan tidak selalu sama dengan
kenyataan. Apalagi adanya kejadian pada berbagai instansi pemerintah yang entah sejak kapan
bahwa jika seorang aparat negara apa itu sipil, polri bahkan TNI yang notabene tidak lahir di pulau, ketika ditugaskan untuk mengabdi di daerah kepulauan dianggap oleh semua orang sebagai saksi atau hukuman, pemikiran ini sudah menkristal pada ranah pikir aparat negara khususnya di daerah kabupaten Pangkep.
Prilaku orang-orang yang menghuni pulau senantiasa ingin bermigrasi ke wilayah daratan,
sungguh sangat merugikan kepulauan dalam konteks kemajuan, khususnya pada tataran karya-karya cerdas yang harus ditangani oleh profesional, karena pasti akan membangkitkan distorsi semangat kerja, karena melihat kenyataan bahwa para penghuni yang nyata lahir dan besar di pulau tidak mau tinggal di pulau. Hal ini tentu sangat ironis sekali dan menurut hemat penulis menjadi biang lahirnya stagnasi perkembangan wilayah kepulauan jika dibandingkan dengan daerah lain dari berbagai bidang kehidupan.
Pengamatan klasik sampai hari ini, di wilayah kepulauan tidak lagi ditemukan perinsif orang tua
renta rela menanam tunas kelapa, artinya dari ratusan bahkan ribuan orang-orang hebat yang lahir di pulau, tidak ada satu orang pun yang bersedia tinggal di pulaunya membangun pulau sesuai bidang keahliannya, atau dengan kata lain tidak ada diantara mereka para cerdik cendekia generasi pulau yang bersedia menjadi tumbal untuk kemajuan pulaunya, mereka semua menganggap bahwa pulaunya adalah masa lalunya, ini tentu sungguh- sungguh sangat merugikan wilayah kepulauan dari sisi perkembangan dan kemajuan. Gambaran prilaku yang sudah menjadi karakter, seperti itu,
mengharapkan kemajuan akan menjadi suatu impian yang tidak pernah bangun jadi kenyataan.
Ada satu angan-angan yang sangat bisa kita jadikan tumpuan harapan bagi tumbuhnya imunitas kemajuan wilayah kepulauan, diantaranya kalau kita persepsikan para sarjana asal kepulauan, seperti sarjana kelautan bersedia kembali dan tinggal mengelola pulaunya yang pesisir dan pantainya terbentang luas, hingga tertata secara baik dan seimbang, maka pastilah pulau itu akan menarik orang luar untuk berkunjung dan bahkan berminat untuk mukim di pulau itu, maka suatu hal yang tidak mungkin suatu ketika pulau itu menjadi primadona untuk dikunjungi para penikmat destinasi. Meski hal-hal seperti ini butuh waktu dan perjuangan yang berhiaskan pengorbanan. Hal lain yang muatannya sama kalau para sarjana pendidikan mau kembali dan bersedia tinggal di pulaunya mengelola pendidikan untuk semua jenjang dan tingkatan, sehingga bisa menyaingi lembaga- lembaga pendidikan yang ada di daratan, maka bisa dipastikan wilayah kepulauan akan lebih jaya dibandingkan dengan wilayah lainnya, hal ini tentu bukan harapan hampa asalkan semua pihak tulus dan bersabar berkarya di bidangnya masing-masing.
Hasil usaha yang dilakukan kini, tidak harus dinikmati oleh pelaku yang memainkan peran
strategis seperti yang sudah diulas sebelumnya, mereka ini akan menjadi icon kebangkitan yang akan dipetik buahnya oleh generasi berikutnya. Sejarah pasti mencatat nama-nama mereka dengan tinta emas sebagai tokoh yang menjadikan diri dan hidupnya tumbal kemajuan wilayah kepulauan.
Inilah yang harus ada tapi ini jugalah yang telah hilang, tinggal kita menunggu jaman berganti,
sambil terus berharap adakah sosok anak jaman yang mampu merepitalisasi yang rusak, yang hancur bahkan yang sudah tiada untuk kembali membumi dinpersada wilayah kepulauan.
∆ Torehan tak berpangkal dan tak berujung by. H. Muchtar ∆