Teropong aspirasi masyarakat.com
24 Maret 2022.
Macet di depan menghalangi laju kendaraanku.
Hampir sebulan terakhir jalan ini selalu padat di sore hari.
Bertiga aku (Asse), fera dan kirey menikmati keadaan dengan bercanda ria membicarakan kegiatan di sekolah yang dilewati hari ini.
Sesekali kami tiba-tiba tertawa lepas saat ada hal lucu ditengah topik yang dibicarakan.
Bergantian kami bercerita tentang kelakuan siswa di luar dan di dalam kelas.
Juga membahas rambut yang sempat kami potong di salon depan sekolah.
Hari ini lagi-lagi kami terlambat pulang.
Dengan sabar kami menunggu fera menyelesaikan bimbingan saat pulang sekolah.
Fera mendapat tugas membimbing beberapa siswa pada mata pelajaran Ekonomi. Kegiatan ini dipersiapkan untuk siswa mengikuti OSN yang diselenggarakan propinsi.
Kami juga menyempatkan singgah di kantor Pajak Maros untuk menyelesaikan SPT Sanggarku karena aku taat pajak. Selain itu fera juga ingin mengganti kartu NPWPnya yang sudah usang. Sempat kutengok kartunya yang lusuh ditempeli selotip agar tetap utuh.
Fera dan kirey adalah temanku yang juga selalu setia menunggu dan menemaniku dalam kegiatanku.
Keberadaan kami bertiga terjalin begitu saja karena selama ini berangkat dan pulang dari sekolah selalu bersama-sama. Tujuan kami ke sekolah yang sama dan pulang ke rumah dengan arah yang sama.
Kami sama-sama tinggal di Kota Makassar dan mencari nafkah sebagai guru SMA di Kabupaten Pangkep.
Sempat aku menghitung lampu lalu lintas (traffic lights). Untuk sampai ketujuan kami melewati enam lampu lalu lintas. Berjuang sepagi mungkin agar tidak bertemu dengan macet dan tiba di sekolah tepat waktu.
Disaat sebagian besar di subuh hari orang-orang masih santai dengan keluarganya, masih asyik menikmati sarapannya, bahkan mungkin masih terlelap dalam tidurnya, kami sudah berada di tengah jalan menuju tempat yang dituju.
Kami telah terprogram dengan baik karena walaupun jarang sarapan bersama keluarga tapi tetap melaksanakan sholat bersama keluarga, tetap menyiapkan hidangan untuk suami dan anak-anak. Tetap mencium kening anak-anak dan tetap mencium tangan suami sebagai rasa sayang dan patuh sebagai istri sebelum meninggalkan rumah.
Tiba di sekolah kami terbiasa bersama menuju kantin samping sekolah untuk menikmati nasi kuning telur yang cukup membuat kami memiliki tenaga menunaikan tugas mendidik dan mengajar siswa-siswi kami. Terkadang juga membawa bekal yang disiapkan dari rumah dan disantap di kantin.
Tiba-tiba bunyi klason terdengar menghentakkan telinga membuatku tersadar untuk maju sesegera mungkin agar terbebas dari macet.
Tertawa lagi kami…karena akhirnya dapat melanjutkan perjalanan dengan lancar.
Kutengok jam tanganku, ternyata hampir 1/2 jam kami tertahan dikemacetan (Bersambung)