JAKARTA , 𝗧𝗘𝗥𝗢𝗣𝗢𝗡𝗚𝗔𝗦𝗣𝗜𝗥𝗔𝗦𝗜𝗠𝗔𝗦𝗬𝗔𝗥𝗔𝗞𝗔𝗧.𝗖𝗢𝗠 |– Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk miskin Indonesia pada Maret 2025 sebesar 8,47 persen. Angka ini menurun sebesar 0,10 persen poin dibandingkan September 2024, dan turun 0,56 persen poin dibandingkan Maret 2024. Secara jumlah, terdapat 23,85 juta penduduk miskin, turun 200 ribu orang dari September 2024 dan menurun signifikan sebanyak 1,37 juta orang dibanding Maret tahun lalu.
Meskipun demikian, BPS juga mencatat adanya kenaikan jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan. Jumlahnya meningkat dari 11,05 juta orang pada September 2024 menjadi 11,27 juta orang pada Maret 2025. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di perdesaan turun dari 13,01 juta menjadi 12,58 juta orang pada periode yang sama.
“Tren penurunan kemiskinan secara umum berlanjut, menunjukkan pemulihan ekonomi pascapandemi yang semakin kuat,” ujar Dr. Nurma Midayanti, M.Ec.Dev., Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS.
Garis Kemiskinan (GK) nasional pada Maret 2025 tercatat sebesar Rp609.160 per kapita per bulan. Sebanyak 74,58 persen dari nilai tersebut berasal dari komponen makanan, dengan beras sebagai penyumbang terbesar, disusul rokok kretek filter, telur, dan daging ayam ras.
Garis Kemiskinan Rumah Tangga pada periode ini juga meningkat menjadi Rp2.875.235, naik 2,56 persen dari Rp2.803.590 pada September 2024. Peningkatan ini turut mencerminkan naiknya biaya hidup minimum bagi rumah tangga di Indonesia.
Mengacu pada standar Bank Dunia sebesar US$2,15 (2017 PPP) per kapita per hari, BPS mencatat kemiskinan ekstrem turun dari 2,78 juta orang (0,99 persen) pada September 2024 menjadi 2,38 juta orang (0,85 persen) pada Maret 2025.
Pulau Maluku dan Papua mencatat persentase penduduk miskin tertinggi, yakni 18,90 persen. Sementara Kalimantan mencatat persentase terendah dengan hanya 5,15 persen. Namun secara jumlah, Pulau Jawa masih menjadi wilayah dengan penduduk miskin terbanyak, yaitu 12,56 juta orang.
Beberapa faktor yang turut berkontribusi terhadap penurunan tingkat kemiskinan antara lain:
- Pertumbuhan ekonomi nasional Triwulan I-2025 sebesar 4,87 persen (y-on-y),
- Meningkatnya konsumsi rumah tangga sebesar 4,89 persen dibanding Triwulan I-2024,
- Membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi 123,45 pada Februari 2025,
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), khususnya di wilayah perdesaan,
- Dan kebijakan pemerintah seperti diskon tarif listrik 50 persen.
Penghitungan kemiskinan oleh BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs), yang meliputi pengeluaran minimum untuk makanan (2.100 kkal per kapita per hari) dan bukan makanan seperti perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
Data dalam rilis ini bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025, yang pelaksanaannya dilakukan pada Februari 2025 untuk menghindari bias data karena bertepatan dengan bulan Ramadhan.TAMC
berdasarkan Berita Resmi Statistik No. 63/07/Th. XXVIII, tertanggal 25 Juli 2025.