Makassar:
teropongaspirasimasyarakat.com
SMA Negeri 17 Makassar diawal pendiriannya Tahun Pelajaran 1992 / 1993 berafiliasi pada SMA Negeri 1 Makassar. Proses belajar mengajar berlangsung di sekolah ini selama kurun waktu satu semester. Berselang enam bulan kemudian, tepatnya pada Semester Kedua seluruh kegiatan operasional sekolah dipindahkan ke kompleks Universitas Hasanuddin Baraya (kampus lama) tepatnya di Jalan Sunu No.11 Makassar. Di atas areal kurang lebih 3,5 ha dan fasilitas gedung peninggalan Fakultas Teknik dan Sospol UNHAS, SMA Negeri 17 Makassar mulai melaksanakan operasional secara Mandiri.
Guna mendukung misi yang diprakarsai oleh Yayasan Pendidikan Latimojong yang ketika itu dinahkodai oleh Prof. Dr. H. Ahmad Amiruddin akan hadirnya ‘Sekolah Unggulan’ yang kelak menjadi simbol kebangkitan sekaligus parameter pendidikan di Indonesia Timur khususnya Sulawesi Selatan, maka Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan melakukan rekruitmen terhadap pendidik dan Tenaga Kependidikan terbaik masa itu untuk selanjutnya dialihkan pengabdiannya pada SMA Negeri 17 Makassar.
Hampir sebagian besar Instruktur dan Guru Inti Mata Pelajaran di Sulawesi Selatan ‘suka atau tidak suka, rela atau tidak rela’ akhirnya bermutasi ke sekolah ini untuk memulai debut pengabdian.
Sekolah berasrama (semi boarding) yang lebih familier dengan sebutan ‘Jubel, ini pada awalnya menerapkan Pembelajaran Sistem Moving Class (siswa berpindah-pindah kelas mengikuti guru mata pelajaran), namun seiring pengembangan infrastruktur sekolah, sistem ini dinilai sudah kurang efektif. Jarak antar kelas yang berjauhan, sudah barang tentu banyak waktu yang terbuang percuma manakala siswa berpindah-pindah kelas. Akhirnya Pembelajaran Sistem Moving Kelas kemudian berubah menjadi Sistem Pembelajaran Konvensional (Kelas Tetap).
Seiring berjalannya waktu, berkat loyalitas komitmen, dan kerja keras dari seluruh sumber daya yang dimiliki, sekolah ini secara perlahan mulai menampakkan jati diri dan kapasitasnya sebagai Sekolah Unggulan. Sederet prestasi Akademik dan Non-Akademik mulai didominasi, di antaranya : presentase alumni yang terserap masuk ke Perguruan Tinggi Favorit Tanah Air setiap tahun mengalami lonjakan signifikan; rekam jejak pada penyelengaraan Olimpiade Sains yang telah menorehkan tinta emas di Tingkat Nasional, Asia-Oseania, dan dunia; Langganan Finalis pada ajang National School Debating Championship (NSDC) bahkan pada World School Debating Championship (WSDC) 2001 di Johannesburg Afrika Selatan, siswi SMA Negeri 17 Makassar atas nama Marlisa Supeno mengukir prestasi fenomenal sebagai Best EFL Speaker (Pembicara Terbaik); dan sejumlah koleksi juara lomba Akademik lainnya, baik dalam skala Tk. Kota, provinsi, regional, dan nasional.
Sementara di bidang Non-Akademik, prestasi sekolah ini tidak sementereng bidang Akademik, hanya kelompok ekstrakurikuler unggulan saja yang kerap menuai prestasi maksimal, semisal ; PMR, Paskibra, Marching Band yang telah meraih prestasi puncak sebagai juara Nasional pada Festival Marching Band di Jakarta dan Denpasar.
Terkait dengan inovasi dan program pengembangan sekolah Berbasis Keunggulan, SMA Negeri 17 Makassar telah melewati berbagai fase pengembangan, di antaranya ;
Program Kelas Akselerasi (Kelas Percepatan), Program Sekolah Berbudaya Lingkungan, Program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), serta Pilot Project berbagai Program Strategis yang diamanatkan oleh Direktorat Pembinaan SMA – Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi.
SMA Negeri 17 Makassar jelang memasuki usia tiga dekade. Sederet tropy terpajang indah terlihat memenuhi etalase yang terletak di pojok kanan ruang loby sekolah ini. Keberadaan tropy tersebut tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan andil dari mereka (Pendidik dan Tenaga Kependidikan lainnya) baik yang masih aktif sampai saat ini maupun kepada mereka yang telah memasuki masa Purna Bakti dan Purna Tugas (mutasi ke tempat lain).
Mengulas tentang eksistensi mereka yang saat ini sudah memasuki masa Purna Bakti dan Purna Tugas, sesungguhnya mereka adalah pejuang-pejuang tangguh. Tidak bisa dipungkiri bahwa harapan akan hadirnya SMA Unggulan di Sulawesi Selatan nyaris menjadi mimpi yang tak terwujud oleh karena skenario dan kebijakan masa lalu.
Yayasan Pendidikan Latimojong tidak dapat melanjutkan komitmen mengawal SMA Negeri 17 Makassar dalam mengemban misi. Berselang dua tahun kemudian , Yayasan ini merintis pembangunan unit sekolah baru di Parigi Tinggi Moncong yang dikenal dengan nama SMA Negeri 2 Andalan Tinggi Moncong (berubah nama menjadi SMA Negeri 5 Gowa). SMA Negeri 17 Makassar seolah kehilangan induk, terlebih Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan ketika itu juga mengalihkan bantuan insentif ke sekolah baru tersebut.
Kondisi ini tidak lantas membuat personil SMA Negeri 17 Makassar patah arang, justru menjadi pelecut untuk tetap eksis melanjutkan amanah secara mandiri.
Seolah berpacu dengan waktu, para personil yang ada ketika itu berkolaborasi secara maksimal, berjuang mempertahankan gengsi dan kapasitas sebagai orang-orang terbaik. Rekrutmen siswa diperketat dan menjunjung tinggi integritas penyelenggaraan plus dukungan orang tua siswa dan Komite Sekolah yang dimotori oleh Prof.Dr. H.M. Natsir Nessa (sampai sekarang), SMA Negeri 17 Makassar akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi Sekolah Unggulan dan menjadi raja di hampir berbagai ajang kompetisi.
Faktor Usia dan kebijakan menjadi batas berakhirnya sebuah pengabdian pada suatu unit kerja. Saat ini Para Pejuang Pendidikan SMA Negeri 17 Makassar di masa silam sudah banyak yang memasuki usia pensiun dan juga mutasi ke tempat lain. Namun bukan berarti bahwa emosional dan kepedulian mereka terhadap sekolah ini juga sudah berakhir.
Dalam rangka menggalang kepedulian secara kolektif, para Purna Bakti dan Purna Tugas yang telah mendedikasikan diri dan menuntaskan pengabdian pada SMA Negeri 17 Makassar, sepakat mendirikan satu wadah bernama ‘Komunitas Para Mantan’.
Komunitas ini intens mengadakan pertemuan sekali dalam sebulan bertempat di RM Mas Cingkrank yang lokasinya tidak jauh dari SMA Negeri 17 Makassar.
Sederet nama yang menghiasi komunitas ini, di antaranya: Muh.Jafar Nur, M.Sc. (Mantan Kepala SMAN. 17 Makassar Periode IV / Mantan Pengawas / Mantan Konsultan Pendidikan Prov. Maluku Utara - Purna Bakti); Drs.Aminuddin Mustafa, SH.,MH.(Mantan Kepala SMAN. 11, SMAN. 15, dan SMA Kartika XX-1 Makassar - Purna Bakti); Drs.M.Abduh, M.Pd. (Purna Bakti Widyaiswara LPMP Sul-Sel.); Drs. M.Busrah M.Pd. (Widyaiswara LPMP Sul-Sel. - Purna Tugas); Drs. Jamaluddin Mappi, M.Pd. (Mantan Kepala SMAN. 9 & SMAN. 22 Makassar / Mantan Pengawas Disdik Sul-Sel. - Purna Bakti); Drs. H. Muh. Azman, M.Pd. (Mantan Kepala SMAN. 7 & SMAN. 17 Makassar Periode VI / Pengawas Disdik Sul-Sel. - Purna Tugas); Drs. H.M.Jainuddin, M.Pd. (Mantan Kepala SMAN.15 Makassar / Pengawas Disdik Sul-Sel. - Purna Tugas); Drs. H. Sahid Ahmad (Wakasek - Purna Bakti); Jamaluddin, S.Pd., MM. (Wakasek - Purna Bakti); Adam Nur (KTU - Purna Bakti), Daamin, SE. (TU - Purna Bakti); Dra. Hj. Nur Alam Nawir (Guru - Purna Bakti); Dra. Hj. Ipa Alwiah Albaar (Guru - Purna Bakti), Minhayati Nawawi, BA. (Guru - Purna Bakti); Dra Hj. Ummi Kalsum (Guru - Purna Bakti), Dra. St. Bunga Ros, MM. (Guru - Purna Bakti); Dra. Norma Abidin, MM. (KTU - Purna Bakti); serta Penulis sendiri yang saat ini beralih tugas Ke Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I. Di samping itu dalam Komunitas ini juga tercatat nama-nama yang hingga kini masih aktif di SMA Negeri 17 Makassar, di antaranya; Dra. St. Faridah dan Hj. Kartini Latif, S.Pd., M.Pd. yang bertugas sebagai fasilitator.
Semoga ke depan dengan hadirnya komunitas ini dapat memberi kontribusi dalam rangka mengembalikan kejayaan prestasi SMA Negeri 17 Makassar di tengah pemerataan prestasi sekolah akibat kebijakan sistem zonasi. (SalmanSalam).