Makassar, teropongaspirasimasyarakat.com|Rombongan kepala cabang dinas pendidikan wil IX Pangkep bersama dari media menelusuri kepulauan dalam pemantauan pelaksanan ujian sekolah SMA di beberapa pulau pada tanggal 1 April 2021. Diantaranya tempat di SMP 10 desa Liukang Kec.Tupabbiring , Pangkep.
setelah itu mereka lanjut perjalanan walaupun ekstrimnya cuaca dimana air laut melayang diatas perahu yang mengancam keselamatan, rombongan seakan memberi pertanda agar tidak melanjutkan perjalanan, namun karena besarnya niat yang tulus maka dari itu tim dan rombongan tetap nekat melanjutkan perjalanan menuju SMA 12 di pulau Sabutung desa Mattiro Kanja kecamatan Liukan Utara Pangkep.
Peserta ujian yang mengikuti ujian sekolah pada SMA 12 tersebut di ikuti dari 35 orang peserta, masih ada yang lambat hadir yaitu 2 orang karena terkendala dengan ekstrimnya cuaca, 2 orang tersebut sempat menunggu cuaca membaik, dan akhirnya berselang beberapa menit cuaca sedikit membaik dan 2 peserta akhirnya hadir. Maka cukup sesuai dengan jumlah awal 35 orang dalam pelaksanaan itu. pelaksanaan tersebut terkesan aman dan sukses di hari pertama.
Kepala cabang dinas pendidikan wil IX, H.Syarkawi ramli, S.sos, M.M melanjutkan Rapat bersama unsur pelaksana, guru KTU dan staf kependidikan di SMA 12, Syarkawi dalam arahannya mengajak semua untuk bekerja ikhlas dengan penuh tanggung jawab, syarkawi memberi motivasi dan apresiasi kepada para peserta, menurutnya kalau semua bapak dan ibu guru berangkat dan selalu niat yang tulus untuk kemajuan pendidikan di kepulauan ini, Bapak ibu adalah sumber daya manusia SDM yang handal, hebat, soal keihlasannya sudah tidak diragukan itu disambut dengan tepuk tangan yang riuh.
Diujung akhir rapat Syarkawi memberikan kesempatan antara peserta rapat, mencurahkan semua unek-unek yang perlu menjadi perhatian bagi pemegang kewenangan dalam hal itu KADIS Pendidikan provinsi Sulsel.
Peserta rapat menurutnya, butuh perhatian pemerintah agar bisa menjadi injeksi lebih memacu semangat dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya di kepulauan yang setiap hari kita sebagai guru mempertaruhkan jiwa dan raganya itu semata untuk kepentingan pendidikan di kepulauan tersebut. Diakhir curahannya tersirat pernyataan menurutnya kenapa kesenjangan diantar kita sedang profesi pekerjaan dan tujuan yang sama tempat kepulauan jarak dekat jauhnya sama, namun ada perbedaan perhatian karena ada yang di bayar gaji dua kali lipat dan ada yang tetap sama dengan yang ada dikota, disitu terpencar raut wajah tercermin ada kekecewaan termasuk diantaranya Guru non PNS. Menurutnya non pns sangatlah terasa dgn biaya setiap hari. transpor katanya kadang nombok pak, namun karena semangat dan keinginan kita dalam memajukan pendidikan anak bangsa saya tetap nekat dengan niat tulus tetap setiap hari masuk disekolah apapun resikonya ujar ktu Sma 12, namun pembicara berikutnya Sontak pertanyaan yang mengejutkan mempertanyakan adanya kekewatiran di masyarakat hususnya anak atau siswa tersebut akan kejelasan legalitas ijazah tanda lulus apa dasarnya kepala kepala Smp yaitu Nurfadillah S.pd, menanda tangani ijazah SMA 21 Liukan, sedang mandat atau delegasi dari dinas pendidikan provinsi yang tidak ada. Pertanyaan saya bagaimana kehawatiran ini pak? inikan bisa merugikan masyarakat khususnya anak-anak kita kedepan seandainya ada yang menelusuri hal ini maka itu kami mohon kepada pemerintah agar ada keseriusan bisa memberikan jaminan tentang keapsahan atau legalitas ijasah tersebut, harus ada kejelasan yang berkekuatan hukum agar kecemasan tersebut tidak berlarut yang bisa mengganggu perses belajar mengajar di pulau ini “ujarnya”.
Lanjut Kembali mikrofon pada
Pimpinan rapat, Kacabdin Wil IX pangkep, Syarkawi Menanggapi curahan dan pelayanyaan yang terakhir. Syarkawi menarik nafas panjang untuk menjawab pertanyaan yang paling sukit dan tegas, namun tetap menjawab dengan hati hati untuk menjaga timbulnya perasaan pesimis pada penanya. Syarkawi menjelaskan pertanyaan pertama kalau soal adanya perbedaan kesejahteraan antara sekolah disana dengan disini walaupun pulaunya sama jarak dan jangakauannya itu sama namun ada perbedaan karena ada yang mendapat ekstra kesejahteraan dobel gaji, hal itu tetap kita akan melanjutkan dan mengajukan aspirasi ini kepada penentu, dalam hal ini Kadis pendidikan Prov Sulsel sesuai dengan kewenangannya untuk di tindak lanjuti.
Sayarkawi menaggapai pertanyaan ke dua atau terahir dalam rapat di SMA 12 pulau Sabutung
Lanjut syarkawi saya harus menjawab dengan hati hati karena yang anda pertanyakan persoalan legalitas berarti itu adalah persoalan hukum, namun saya tetap menjawab pertanyaan itu “Ujarnya”.
Syarkawi mengakui kalau hal itu sudah kita laporkan bahkan sudah berapa kali saya menyurat dalam hal tersebut pada dinas pendidikan provinsi sulawesi selatan, namun sampai saat ini belum ada balasan dan kejelasan atau solusinya, makanya kita menunggu saja kapan ada tindak lanjut dari kadis pendidikan sulsel yang terpenting kita terhindar dari dugaan yang negatif, jangan dianggap ada pembiaran yang jelasnya kita tidak ada lagi dalam tudingan itu Karena kita sudah memenuhi kewajiban yang sesuai kewenangan kita sebagai perpanjangan tanda tangan Diknas Prov SulSel ujarnya Namun dia mengakui kalau selama bapak kadis yang baru ini belum pernah mengajukan surat kembali dalam hal itu sekaligus mengakhiri pertanyaan tersebut.
Lanjut mikrofon bergeser diambil alih dari pengawas Sirajuddin Mamalia M.Pd menjelaskan krologisnya, paska peralihan pengelolaan pendidikan SMA dan sederajat. diserahkan dari daerah ke provinsi diserahkan hanya SDM atau tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dimana administrasi dan aset lainnya tidak diserahkan termasuk mungkin administrasinya. disinilah kerancauannya Sirajuddin menambahkan kalau dari awalnya ada beberapa sekolah yang tergolong sekolah kecil diantaranya SMA21, SMA22, SMA24, SMA25, namun berjalannya waktu sma 22 sekarang sudah tutup dan akan ada beberapa yang menyusul tutup. karena siswanya sudah tidak bertambah lagi dan tinggal menunggu berakhir ujian dari semua yang masih ada di sekolah nya ujarnya. Sirajuddin menambahkan menurutnya, yang lebih membutuhkan tindaklanjut atau solusi adalah SMA 25 yang satap dengan SD ini yang paling dikhawatirkan Sirajuddin, kalau terjadi sama dengan SMA 21 dimana tempat numpang yang tanda tangan ijasahnya oleh sma 25 adalah kepala sekolah SD, Ini kan lucu namun tetap perlu ada kejelasan dj mata publik.
Sirajuddin menyarankan semestinya semua sekolah, jecil sebaiknya ditarik masuk di SMA 12 pulau Sabutung desa Mattiro Kanja, sebagai sekolah induk karena sekolah SMA 12 tersebut berada di kepulauan yang sama dengan jarak yang sama untuk solusi menghilangkan rasa kekewatiran legalitas ijazah para anak didik dikepulauan tersebut. solusi yang paling mudah hanya itu “ujarnya”. Tutup Sirajuddin pengawas sekolah SMA pangkep.(Muh Ah).