Makassar teropongaspirasimasyarakat.com (Bag. 2)
Senin, 28 Maret 2022
Hawa pagi masih terasa sangat dingin saat keluar dari rumah.
Pelan-pelan kukendarai mobilku. Mendekati SPBU semakin kupelankan laju kendaraanku.
Kutengokkan kepalaku kesamping kiri, mengira fera seperti biasa akan melambaikan tangannya dan memberikan senyum termanisnya di pagi hari untukku saat kujemput menuju sekolah di Pangkep.
Tetapi wajahnya tidak tampak.
Kucoba menghubungi nomornya tapi tidak aktif.
Karena lama akhirnya kucoba menghubungi nomor anaknya. Ternyata fera berada di Bulukumba. Hpnya tdk ikut bersamanya.
Kulanjutkan perjalananku.
Di mobil ikut juga ponakan yang juga bersekolah di tempatku mengajar.
Sepanjang perjalanan banyak nasehat kuberikan untuknya. Sebagai saudara dari ibunya, saya berkewajiban mensupportnya agar selalu semangat dan tidak meninggalkan sholat agar cita-citanya dapat tercapai.
Fian namanya.
Hari pertama ini fian Ujian Sekolah. Ujian pertama untuk kelas XII. Selama lima hari fian dan teman-temannya akan berjuang menyelesaikan ujiannya agar mendapat nilai tuntas dan siap melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
Melewati daerah Maros, awan tampak gelap.
Menggelantung siap menjatuhkan bulir-bulir air hujan.
Diiringi alunan musik dan celotehku, fian menganggukkan-anggukan kepalanya pelan.
Entah sedang menyimak nasehatku atau mungkin sedang menikmati tempo alunan musik yang didengarnya.
Masuk daerah Pangkep hujan lebat tiba-tiba mengguyur.
Tiba di sekolah hujan belum reda. Satu persatu siswa dan guru berdatangan dan memasuki ruangan ujian masing-masing.
Bergegas aku absen dan mengambil naskah ujian yang diberikan oleh panitia.
Saat menuju ruang ujian, samar-samar kudengar panggilan kirey (teman semobil kala pulang sekolah).
Kirey telat sedikit dariku.
Tidak bersamaku karena berlangganan mobil untuk pagi hari.
Di kelas siswa telah siap mengikuti ujian.