Sebuah kado buat Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Sulsel.
Makassar: teropongaspirasimasyarakat.com Oleh, Dr. Ridwan Ismail Razak, S.Sos, M.Si
Sektor pariwisata di Indonesia saat ini diandalkan sebagai sektor alternatif untuk mendorong perekonomian Indonesia karena dua sektor yang selama ini diandalkan yaitu sektor industri dan sektor pertanian cenderung mengalami stagnasi, apalagi dimasa pandemi saat ini.
Dalam perkembangannya sektor pariwisata di Indonesia menghadapi berbagai masalah. sumbangan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia sangat besar terhadap PDB, penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja.
Sedangkan beberapa masalah yang dihadapi sektor pariwisata di Indonesia yaitu : peraturan yang tumpang tindih, kurangnya kualitas SDM, kurangnya publikasi , belum baiknya infrastruktur, masih kurangnya investasi, kurang diperhatikannya aspek lingkungan hidup dan kurangnya perhatian pada objek wisata religi.
Meski berkembang cukup pesat, masih ada beberapa masalah pariwisata yang masih jadi kendala di Indonesia. Sarana, prasarana dan teknologi informasi adalah beberapa di antaranya.
Perkembangan pariwisata di Indonesia bisa dibilang pesat.
Apalagi sejak 2013, jumlah wisman sudah mencapai rekor yakni 8,8 juta orang. Turis domestik juga tak kalah banyak, hampir mencapai 250 juta orang. Namun, setidaknya ada 7 masalah yang masih menjadi hambatan bagi pariwisata di Indonesia tidak terkecuali di Sulawesi Selatan.
Hal itu seperti yang pernah dikemukakan Mantan Menparekraf Mari Elka Pangestu dalam seminar Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) bertajuk ‘Geo Politik Pariwisata Indonesia 2014 dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015’ di Merlynn Park Hotel, Jl KH Hasyim Ashari, Jakarta Pusat.
Masalah keempat adalah kebijakan & peraturan yang berlaku dalam lingkup negara dan daerah. Kelima adalah teknologi informasi, yang memungkinkan turis mengakses banyak info soal wisata Indonesia. “Masalah lain adalah kesiapan masyarakat. Terakhir, investasi yang belum banyak berkembang di daerah,” papar Mari.
Investasi dalam hal wisata bisa jadi hotel, restoran, jasa penyewaan transportasi atau peralatan, dan lain-lain. Mari berharap, ketujuh masalah ini bisa diselesaikan secepatnya. “Ini jadi PR bagi kami (Kemenparekraf), GIPI, dan instansi-instansi pariwisata lainnya,” katanya waktu itu.
Atas dasar masalah tersebut diusulkan kebijakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut yaitu menghapus tumpang tindih peraturan, peningkatan jumlah SDM yang bersertifikasi, publikasi yang lebih detil, dilanjutkannya pembangunan infrastruktur yang mendukung pariwisata, insentif bagi investor di sektor pariwisata, dan penegakkan hukum yang tegas atas pelanggaran yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup.
Sebagai seorang yang berlatar belakang akademisi, maka saya mengusulkan kepada Prof. Dr. Muh. Jufri, Psikolog. Agar memfokuskan pengembangan pariwisata di Sulawesi Selatan pada peningkatan jumlah SDM yang bersertifikasi dalam bidang pariwisata melalui dunia pendidikan dan lembaga swasta profesional yang bergerak di dunia pariwisata, hal ini harus dilakukan, karena meski kita berhadapan dengan kekurangan modal dan investasi di bidang pariwisata, tapi kalau kita memiliki banyak SDM bersertifikat Nasional dan Internasional di bidang pariwisata dan Budaya, maka akan sangat membantu untuk dapat memecahkan masalah utama tersebut, juga kita dapat mewujudkannya dengan tidak membutuhkan biaya terlalu besar dari APBD SULSEL.
Pada sisilain yang sangat memungkinkan Dinas Pariwisata wujudkan adalah membangun sinergitas dengan stakeholder pendidikan pada semua level dengan tag line publikasi wisata milenial berbasis Medsos dan IT. Hal ini oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sangat mudah dilakukan apalagi Kepala Dinasnya adalah mantan Kepala Dinas Pendidkan Provinsi Sulawesi yang memiliki jejaring di dunia pendidikan menengah, dasar dan perguruan tinggi.
Kedua hal ini akan mereduksi isu pembangunan sektor pariwisata di Indonesia dan Sulsel khususnya pada masalah keterbatasan dana atau investasi, karena pemerintah pusat dan daerah dapat mewujudkannya meski dengan menyediakan dana yang sedikit, seperti yang terjadi selama ini.
Selamat kepada Bapak Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Selatan yang baru, dengan pengalaman dan kompetensi yang mumpuni sebagai akademisi handal, maka sentuhan dan fokus pembangunan bidang pariwisata di Sulawesi Selatan akan dapat melejit melebihi daerah lain di Indonesia jika menerapkan ke dua usulan diatas, semoga bapak berjaya membangun parawisata dan budaya kemudia. Tulis, Dr. Ridwan Ismail Razak. S.Sos, M.Si.