Pangkep :teropongaspirasimasyarakat.com
Aliansi Pemuda Peduli Kemanusiaan menggelar Aksi unjuk rasa terkait dugaan kelalaian di RSUD Batara Siang, Paddoang-doangan, Kec. Pangkajene, Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan.
Selasa, 17/8/2021 terjadi lagi persoalan yang dinilai publik sebagai suatu kesalahan yang fatal terkait dugaan kelalaian petugas Rumah sakit yang berimbas pada seorang pasien ibu hamil. Masyarakat menilai pihak rumah sakit kembali melakukan kesalahan fatal, adapun kronogis kejadiannya berawal dari seorang bayi yang baru lahir beberapa hari yang lalu, karena ibunya yang baru melahirkan diduga terindikasi reaktif covid 19 maka bayinya harus dipisahkan dari ibunya, sehingga dengan terpaksa sang ibu harus diisolasi di rumah sakit sedangkan bayinya harus dipulangkan ke rumah, hal ini untuk mewaspadai penularan covid 19 tersebut.
Salah seorang keluarga dari ibu tersebut mengatakan bahwa Pasien atas nama Supriati, dimana beliau belum sempat melihat bayinya karena harus menunggu hasil lab PCR dari Makassar, ia pun harus meratapi kesedihannya sebab bayi yang baru dilahirkannya harus dipisahkan darinya, sungguh ia sangat ingin melihat bayinya sebelum dikeluarkan dari rumah sakit. Namun takdir berkata lain impian nya untuk bertemu bayinya menjadi sirna krn yang terjadi justru sebuah perpisahan terakhir, akibat pemisahan dari ibunya tersebut, akhirnya sang bayi menghembuskan nafas terakhirnya karena mungkin kelaparan tidak pernah merasakan ASI secara langsung dari ibunya sejak ia lahir. ” sejak lahir anak tersebut hanya diberikan susu formula, namun bayi itu tidak menyukai bahkan menolak meminum susu formula, bayi itu pun terus-menerus menangis dan setiap kali disodorkan atau diberikan susu formula tersebut, pihak rumah sakit tidak pernah meminta izin atau penyampaian pada ibu bayi / orang tuanya terkait pemberian susu tersebut. Menurut pihak rumah sakit langsungji di kasih supaya katanya berhenti menangis atau diam.
Kekesalan dari pihak keluarga juga bertambah karena adanya kekecewaan semenjak bayi tersebut dikeluarkan dari rumah sakit tidak ada satupun dari pihak Rumah Sakit yang datang ke rumah pasien untuk melihat kondisi bayi tersebut maupun memberikan perawatan khusus terhadap bayi itu, sampai ia meninggal dunia, justru malah dari salah satu pihak puskesmas datang dan ingin melakukan swab test kepada pihak keluarga makanya ditolak karena tidak ada alasan yang jelas mengapa ingin melakukan swab test kepada pihak keluarga yang tidak ada kaitan dengan pasien si ibu yang reaktif.
Maskur selaku Koordinator Aksi mengatakan bahwa ini adalah soal rasa Kemanusiaan karena Sangat disayangkan harusnya pihak Rumah Sakit mestinya mengutus perawat atau bidan untuk melakukan perawatan khusus atau minimal di cek setiap hari kondisi bayi tersebut, apalagi pihak rumah sakit mengetahui bahwa ibunya sedang dalam ruang isolasi.
Dandi selaku keluarga pasien mengatakan bahwa pasien itu bukan pasien rujukan namun langsung ke rumah sakit untuk dirawat, Ini jelas pelayanan diduga terjadi pembiaran serta kelalaian terhadap keselamatan anak pasien.
Kami dari aliansi pemuda pemerhati kemanusiaan meminta kepada pihak terkait untuk bertanggung jawab atas permasalahan ini, dan apabila tuntutan kami tidak dipenuhi kami akan melakukan aksi besar-besaran lanjutan.
Peserta aksi yang disambut langsung oleh Herlina, S.Si. Apt. M.Kes selaku kepala Dinas kesehatan dan dr. H. Annas Ahmad, Sp.B., M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan koodinasi kepada Puskesmas di Sarappo Lompo untuk dilakukan monitoring kepada bayi tersebut, tapi sayangnya pihak rumah sakit sendiri baru mengetahui bahwa pasien tersebut bukan pasien rujukan dari puskesmas yang mereka maksud melainkan pasien yang berdomisili di Minasatene untuk sementara.(Anto)